waroengberita.com – Warung tegal pada awalnya banyak dikelola oleh masyarakat dari dua desa di Kabupaten Tegal. Mereka mengelola warung tegal secara bergiliran (antar keluarga dalam satu ikatan famili) setiap 3 s/d 4 bulan. Yang tidak mendapat giliran mengelola warung biasanya bertani di kampung halamannya. Pengelola warung tegal di Jakarta yang asli orang Tegal biasanya tergabung dalam Koperasi Warung Tegal, yang populer dengan singkatan Kowarteg.
Ekonomi bisa turun naik silih ganti, tetapi ada satu usaha yang keberadaannya masih tetap utuh dari zaman ke zaman, yakni waroeng tegal atau umum kita sebutkan warteg.
Warteg sebuah tempat makan kecil dengan bangunan yang berupa bilik genting memiliki ukuran 3×3 mtr. dan sisi depan umumnya bercat biru yang berperan sebagai tempat berjajarnya bermacam macam masakan rumah dimulai dari sayur sampai lauk pauk, seperti tahu tempe, ikan, ayam, orak-arik, sambal ,krupuk dan ada banyak kembali.
Disamping itu, warteg populer dengan menawarkan nasi ponggol, yakni sajian makanan nasi putih dengan lauk makanan sambal, tahu, dan tempe yang dibuntel dengan daun pisang. Menu itu sebagai makanan ciri khas Tegal yang telah turun-temurun dan diprediksi ada semenjak 1/2 era lalu. Karena namanya yang memiliki kandungan elemen nama kota yakni Kota Tegal,waroeng ini dipercayai jika orang Tegal lah yang pertama kalinya membudayakan tipe usaha ini.
Konon, warteg mulai ada tahun 1960-an saat pengendalian infrastruktur ibukota tengah cepat saat itu. Beberapa orang Tegal mengelana ke ibukota untuk mencari kerja sebagai kuli bangunan. Di antara waktu, beberapa istri kuli yang telah lebih dahulu mempunyai usaha waroeng makan di Kota Tegal itu manfaatkan waktu dan peluang usaha yakni dengan sediakan service kulineran di lokasi project. Mereka sanggup jual produk makanan rumah dengan jatah banyak tetapi murah disekitaran tempat project untuk beberapa kuli. Ini menjadi satu stereotip Warteg yang dikenali khalayak sampai ini hari dan jadi usaha yang makin tumbuh subur di beberapa kota.
Usaha waroeng tegal ini umumnya jadi usaha barisan keluarga dengan mekanisme pengendalian secara berganti-gantian dan turun-temurun. Saat ayah dan ibu mempunyai usaha satu waroeng tegal, ini menyebar ke anak-anaknya yang mempunyai usaha waroeng tegal entahlah di kota yang serupa atau kota yang lain. Mereka bergabung dalam Perhimpunan Kowarteg (Koperasi Waroeng Tegal) yang mempunyai tujuan untuk merajut kerja sama dan menolong beberapa anggotanya lewat tempat koperasi itu.
Semakin hari usaha ini dilihat sebagai usaha yang menggiurkan untuk sebagian besar orang khususnya beberapa karyawan di ibukota. Dengan upah yang tidak berapa untuk penuhi ongkos hidup yang terlalu tinggi, beberapa karyawan umumnya ambil peluang untuk buka waroeng makan tegal di teritori industri dan tempat universitas di antara tugas mereka sebagai pegawai.
Target konsumen mereka ialah beberapa mahasiswa dan karyawan menengah ke bawah. Walau bukan terhitung usaha industri besar, tetapi usaha waroeng tegal ini lebih banyak disukai oleh sebagian besar orang ingat waroeng makan menjadi keperluan terutamanya untuk beberapa karyawan dan mahasiswa.
Tidak cuman di Indonesia, bisnis warteg ini semakin memasuki dunia global. Telah makin banyak bisnis warteg yang dibuka di sejumlah negera tetangga seperti Singapura, Malaysia, Jepang, bahkan juga di beberapa negara.
Nah , jadi tunggu apalagi, warteg saja bisa mendunia kan. Ga perlu bisnis yang modal besar, modal kecil juga bisa membuka peluang bisnis kuliner seperti warteg .